Angka kematian bayi dan ibu di indonesia bisa dikatakan cukup
tinggi sehingga tidak heran apabila indonesia mendapatkan rapor merah dalam
kesehatan ibu dan bayi. Indonesia merupakan 1 dari 10 negara yang jadi fokus kampanye Every Child
Alive 2018 UNICEF. Negara yang menjadi fokus kampanye oleh UNIEF antara
lain Bangladesh, Etiopia, Guinea-Bissau, India, Malawi, Mali, Nigeria, Pakistan
dan Republik Persatuan Tanzania. Negara-negara ini terpilih lantaran mereka telah
menyumbang lebih dari setengah kematian bayi baru lahir di dunia. Begitupun
dengan angka kematian ibu di indonesia yang terhitung setiap tahun dari tanggal
21 april ke tanggal 21 April tahun berikutnya tercatat angka kematian ibu
mencapai 20 ribu karena komplikasi persalinan.
Akademi
Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) meliris enam faktor yang menjadi penyebab
kematian ibu dan bayi saat kelahiran. Keenam faktor ini di dapat setelah
melakukan kajian terhadap 77 karya literatur dan kajian lapangan, yang
bertujuan untuk pembaharuan kebijakan kesehatan. Keenam faktor tersebut yaitu:
1. Kualitas
pelayanan
Kualitas ini meliputi tempat, sumber daya
manusia, peran sektor swasta serta partisipasi publik. Terkait tempat AIPI
mengatakan, seharusnya sejak awal ibu bisa menentukan tempat dia melahirkan,
karena pendarahan merupakan faktor utama penyebab kematian saat persalinan. AIPI
menambahkan lokasi melahirkan dan rumah sakit rujukan harus bisa ditempuh
sekitar 30 menit. "(Terkait SDM) sistem secara tim seharusnya terdiri dari
dokter, bidan serta petugas medis lain, akan tetapi 60 persen
kasus hanya ada
bidan sendiri. Ini perlu rujukan yang lebih baik," kata Akmal Taher, ketua
tim peneliti Evidence Summit AIPI.
2. Sistem
Rujukan
Rujukan harus dilakukan
ketika ibu memerlukan penanganan di fasilitas yang lebih memadai, namun banyak
kendala dalam penerapan.
3.
JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional)
Skema Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) membuat pasien harus mengikuti alur rujukan sesuai
aturan dan ini terkadang membuat pasien terlambat ditangani.
4. peran
Pemda
meskipun tim AIPI
tidak menemukan kajian ilmiah soal pemerintah daerah dan kebijakan di bidang
kesehatan. Namun tim menemukan bahwa Kabupaten Kulon Progo di Yogyakarta
memiliki pemerintah daerah yang berhasil menurunkan angka kematian ibu dan
bayi baru lahir.
5. Budaya
Faktor budaya juga menjadi salah satu penyebab angka kematian ibu dan bayi baru
lahir yang tinggi. Dimana ada beberapa ibu yang tidak bisa memutuskan
sendiri pilihan untuk mengikuti rujukan ke rumah sakit atau tidak. Keputusan
kerap diambil oleh suami atau bahkan keluarga besar kala suami tidak bisa ambil
keputusan. Hal ini tentu membuat penanganan komplikasi menjadi lambat.
6. Pernikahan
dini
Tak bisa dipungkiri
tingginya angka kematian ibu dan bayi berkaitan dengan tingginya angka
pernikahan dini di Indonesia. Dari analisis UNICEF dan BPS pada 2015, angka
pernikahan di bawah usia 18 tahun mencapai 23 persen. Dari sisi kesehatan, sistem
reproduksi anak perempuan belum siap untuk memiliki anak. Anak yang melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun lebih berisiko kehilangan nyawa.
Untuk
mengurangi angka kematian ibu di indonesia ada beberapa hal yang bisa
diterapkan seperti:
1. Wanita harus memiliki akses ke perawatan
terampil sebelum, selama dan setelah mereka melahirkan.
2. Penyedia kesehatan harus dilatih dalam
perawatan kebidanan darurat. Pusat kesehatan dan klinik harus memiliki persediaan bedah untuk
menangani komplikasi.
3. Sistem perawatan kesehatan ibu harus
diperkuat, dan masyarakat dimobilisasi dan dididik untuk meningkatkan
persalinan di klinik kelahiran.
4. Dukun bayi berbasis masyarakat yang terlatih
harus dilatih dan ditempatkan untuk meningkatkan cakupan ibu di daerah
terpencil.
5. Berikan insentif kepada penyedia layanan
kesehatan untuk memotivasi mereka melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
6. Mendidik dan memberdayakan perempuan dan anak
perempuan tentang masalah kesehatan ibu.
7. Berdayakan kelompok perempuan sehingga mereka
dapat memberikan keberhasilan politik dan hasil kesehatan yang nyata.
8. Luncurkan kelompok advokasi yang profesional
dan berpengetahuan luas untuk menyerukan tindakan terhadap kesehatan ibu.
9. Melaksanakan intervensi kesehatan ibu yang
efisien dan berbasis bukti.
10. Menerapkan strategi berbasis bukti untuk
meningkatkan pemanfaatan layanan perawatan kesehatan ibu.
11. Menghapus biaya pengguna untuk layanan
perawatan kesehatan ibu dan menyediakan layanan transportasi ke pusat kesehatan
ibu - yang sendiri dapat menggandakan pemanfaatan layanan pusat.
12. Pastikan bahwa kementerian pemerintah yang
tepat bertanggung jawab kepada publik tentang kinerja investasi dalam kesehatan
ibu.
13. Menciptakan aliansi strategis antara kelompok
yang mewakili kesehatan ibu, karena itu akan membuka pintu bagi dukungan
politik dan keuangan. Saat ini, komunitas kesehatan ibu memiliki banyak pemimpin tetapi
tidak memiliki kepemimpinan.
14. Jadikan kelangsungan hidup anak dan ibu menjadi perhatian utama kesehatan nasional dan global.
Penyebab dari tingginya angka kematian bayi di indonesia
dikarenakan oleh berbagi faktor seperti:
1. Asfiksia
Asfiksia merupakan
penyebab kematian bayi baru lahir yang paling utama di Indonesia. Asfiksia
adalah kondisi saat bayi kekurangan oksigen sebelum atau selama kelahiran. Hal
ini ditandai dengan kulit bayi yang membiru, sesak nafas, detak jantung menurun, dan lemah otot.
2. Infeksi
Menurut WHO, infeksi
masuk ke dalam tiga penyebab kematian bayi baru lahir paling umum di dunia. Ada
banyak hal yang bisa memicu terjadinya infeksi pada bayi baru lahir, di
antaranya: Sepsis, Pneumonia, Tetanus, Diare. Selain itu, infeksi pada
bayi baru lahir cukup sering terjadi di daerah-daerah yang fasilitas
persalinannya belum optimal, perawatan tali pusar, alat-alat yang digunakan juga harus bersih dan steril. Sebab jika tidak, bayi
akan rentan terkena infeksi dan penyakit lainnya, atau bahkan menyebabkan
kematian.
3. Berat
badan lahir rendah
Bayi dikatakan memiliki berat lahir rendah apabila berat badannya kurang dari 2.500 gram atau 2,5 kilogram (kg). Menurut Dr. Budihardja, bayi yang beratnya kurang dari 2.500 gram rentan mengalami masalah kesehatan atau bahkan kematian sewaktu lahir. “Tapi kalau masih di antara 2.000 sampai 2.500 gram, biasanya masih bisa diselamatkan. Kalau sudah di bawah itu, akan sulit sekali (dilahirkan dalam kondisi selamat),” ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar